Menu Utama

Open all | Close all

PENGUNJUNG

BElajar BLOG

Link's

Web Hosting Services Indonesia:

Daftar Domain Gratis co.cc   • Indowebsite.net   • Apenta.com   • RumahWeb.com   • Aditif.net   • Indowebmaker.com   • Idebagus.com   • e-Padi.com  

Web hosting Services International:

Hostgator   • Ultrawebsitehosting   • awardspace.com   • Canvasdreams.net   • Dwhs.net   • Fastservers.net  

Ads Services:

SEO Book   • Chitika   • Smorty   • TTG   • Adgitize   • Adbrite.com   • Linkworth.com   • Etology   • Blogvertise   • Payads.com   • Sponsored Reviews   • PayPerPost   • Bidvertiser   • In Links   • Ads2Link   • WidgetBucks   • Clixsense   • Link XL   • Kumpul Blogger   • Adsense Camp   • Backlinks.com   • AdToll  
International Contribution

Blogger Indonesia Contribution on Global Voices AgoraVox Author

As Seen On

blog-indonesia.com Indonesian Muslim Blogger Mohammad Yahya's Profile
Mohammad Yahya's Facebook profile
Create Your Badge Join My Community at MyBloglog!
Friday, December 19, 2008

PostHeaderIcon 20 Rambu Dalam Hidup Bermasyarakat

Oleh: Mochamad Bugi

Islam sangat mendorong pemeluknya hidup bermasyarakat secara sehat. Islam

mencela orang yang mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Untuk itu, Islam

memberi rambu-rambu agar seorang muslim bisa hidup berdampingan dalam

masyarakatnya dengan sehat tanpa merugikan satu sama lain. Berikut ini 20

rambu tersebut.


1. Saling memberi nasihat

Saling menasihati adalah salah satu bentuk kesetiaan seorang muslim kepada

saudara muslimnya yang lain. Nasihat juga adalah bukti kesempurnaan dan

lengkapnya keshalihan seseorang dalam beragama.
Dari Tamim Ad-Daari r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya agama

(ad-din) itu an-nashihah. " Kami bertanya, "Nasihat bagi siapakah, ya

Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi Rasul-Nya,

dan bagi para imam/ulama muslimin dan bagi orang-orang awam di antara

kalian." (Muslim no. 55)


Dari Jabir bin Abdullah r.a. yang berkata, aku membai'at Rasulullah saw.

untuk (mau) mendengar dan menaati (Islam). Lalu beliau mengajariku,

"(Lakukanlah) apa yang dapat kamu lakukan dan (hendaknya) kamu menasihati

kepada setiap muslim." (Bukhari no. 7204)


Jadi, saat turun bermasyarakat seorang muslim senantiasa menggunakan

kesempatan itu untuk saling menasihati. Pertama, saling mengingatkan untuk

menjaga keikhlasan hanya untuk Allah swt. semata. Kedua, saling menasihati

untuk membenarkan dan menyakini bahwa Al-Qur'an itu benar dan diamalkan

sebagai pedoman hidup. Ketiga, saling mengingatkan untuk mengakui kebenaran

Muhammad sebagai Nabi dan Rasul-Nya, untuk taat pada setiap perintahnya,

serta meneladani dan melanjutkan risalah dakwahnya.


Keempat, mengingatkan imam/ulama jika mereka menyimpang dan taat kepada

mereka dalam kebenaran. Kelima, menasihati orang awam dalam bentuk

membimbing mereka untuk memperoleh kemaslahatan.


2. Jauhi Perbuatan Zalim

Dalam sebuah hadits qudsi, Abu Dzar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.

berkata bahwa Allah swt. berfirman, "Hai hamba-hamba- Ku, sesungguhnya Aku

mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman it

uharam di atanramu, maka janganlah kamu saling menzalimi." (Muslim no. 2577)


Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda,

"Muslim (sejati) itu ialah yang dapat menyelamatkan muslim lain dari

gangguan lidah dan tangannya." (Muslim no. 41)


3. Berakhlak Mulia

Abdullah bin 'Amr bin Ash r.a. berkata Rasulullah saw itu bukanlah seorang

yang buruk perkataanya dan tidak berusaha untuk melakukan hal seperti itu.

Bahkan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan

di antaramu adalah yang paling bagus akhlaknya." (Bukhari no. 3559 dan

Muslim no. 2331)

Dari Abu Darda bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu yang

paling berat timbangannya bagi mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang

bagus. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang buruk tutur katanya dan

jorok (cabul)." (Abu Dawud no. 4799 dan Turmudzi no. 2003)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya

yang paling aku cintai di antara kamu dan paling dekat kedudukannya denganku

pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Dan sesungguhnya yang

paling aku benci di antara kamu dan paling jauh tempatnya dariku pada hari

kiamat adalah orang yang banyak bicara tanpa manfaat, yang banyak bicara

dibuat-buat, dan memenuhi mulutnya dengan segala macam perkataan (tak

berbobot)." (Turmudzi no. 2018))

4. Saling membantu dalam kebaikan

Seorang muslim hendaknya suka membantu sesamanya. Ini perintah Rasulullah

saw. seperti yang diriwayatkan Abdullah bin Umar, "Muslim itu saudara(nya)

muslim. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya ke tangan

musuh. Barangsiapa yang berkenan memenuhi hajat kebutuhan saudaranya, maka

Allah pasti memenuhi hajatnya. Barangsiapa melepaskan suatu kesulitan

muslim, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu kesulitannya pada hari

kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) muslim, maka Allah akan menutupi

(aib)nya pada hari kiamat." (Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580)

Abu Hurairah juga meriyaratkan hadits yang mirip. Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa yang melepaskan suatu kesusahan seroang mukmin di antara

berbagai kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskan darinya salah satu di

antara berbagai kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan

orang yang mendapatkan kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan

baginya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang

muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah itu

akan selalu membantu hamba jika ia mau membantu saudaranya. Dan barangsiapa

yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya

jalan untuk menuju surga. Tidak ada suatu kaum yang berkumpul di salah satu

rumah Allah seraya membaca kitab Allah -Al-Qur'an-dan mereka mempelajari

Al-Qur'an tersebut kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan mereka

pun akan diliputi rahmat Allah serta mereka akan diliputi malaikan, bahkan

Allah pun akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk lain di sisi-Nya.

Serta, barangsiapa yang menangguhkan amal ibadahnya, maka tidak akan

dipercepat keturunannya. " (Muslim no. 2699)


5. Suka berkorban dan memberi

Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tangan yang di atas

lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas itu ialah

tangan yang memberi; sedangkan tangan yang di bawah ialah yang

meminta-minta. " (Bukhari no. 1429 dan Muslim no. 1033)

Abdullah bin Umar juga mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda dalam

khutbahnya, "Jauhilah olehmu sifat kikir. Sebab, orang-orang sebelum kamu

itu hancur karena kikir. (Pemimpin mereka) memerintahkan mereka untuk kikir,

lalu mereka pun kikir; ia memerintahkan untuk memutuskan hubungan

(persaudaraan) lalu mereka pun memutuskan hubungan (persaudaraan) ; dan ia

memerintahkannya untuk berbuat durhaka, mereka pun melakukan perbuatan

durhaka," (Abu Dawud no. 1698, Hakim no. 415, dan shahih al-jami' no. 2675)


6. Mengatakan kebenaran

Seorang muslim selalu mengatakan hal yang benar. Meskipun perkataan itu akan

pahit dirasakan karena mengenai dirinya sendiri atau berhadapan dengan

penguasa. Abu Sa'id Al-Kudri r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. shalat

bersama kami pada shalat ashar di siang hari. Lalu ia berdiri untuk

berkhutbah. Tiada ia meninggalkan suatu berita tentang (dan untuk menuju)

akhirat kecuali ia memberitahukannya kepada kami. Berita itu akan dihapal

oleh orang yang menghapalkannya dan akan dilupakan oleh orang yang

melupakannya. Dan di antara yang disabdakannya adalah, "Ingatlah, jangan

sampai ada seorang pun terhalang oleh wibawa (kharisma) seseorang untuk

mengatakan (dan memperjuangkan) yang hak jika ia mengetahuinya. " (Turmudzi

no. 2191, Ibnu Majah no. 4007, Hakim no. 506, dan Silsilah Shahihah no. 168)

Zaid bin Abdullah bin Umar r.a. bercerita bahwa ada sejumlah orang yang

berkata kepada Abdullah bin Umar, "Kita sungguh akan memasuki (menghadap)

Sultan atau Amir kita. Maka kita (mesti) mengatakan kepada mereka apa yang

berbeda dengan apa yang kita katakan jika kita keluar dari sisi mereka."

Lalu Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Kami menganggap yang seperti itu di

masa Rasulullah saw. sebagai kemunafikan. " (Bukhari no. 7178)

Semoga kita bisa selalu istiqomah untuk mengatakan hal yang benar kepada

siapapun sehingga kita tidak tergolong orang yang memiliki sifat munafik.


7. Mengajak berbuat baik

Salah satu tujuan seorang muslim bergaul dengan masyarakat di sekitar

dirinya adalah dalam rangka mengajak mereka untuk berbuat kebaikan. Dan ini

adalah perintah Allah swt., "Hendaklah ada di antara kamu sekelompok orang

yang mengajak kepada kebaikan dan melarang perbuatan munkar. Dan mereka

itulah orang-orang yang beruntung." (Ali Imrah: 110)

Dan mengajak orang melakukan kebaikan sungguh besar pahalanya. Rasululllah

saw. bersabda –seperti yang diterima dari Abu Sa'id Al-Kudri–, "Barangsiapa

yang mengajak/menunjukka n kepada kebaikan, maka ia berhak mendapatkan pahala

sebesar pahala orang yang melakukannya. " (Muslim no. 1893)

Abu Hurairah r.a. juga meriwayatkan hadits serupa. Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa yang mengajak kepada kebenaran, maka ia akan mendapatkan pahala

seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak berkurang dari pahala

mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia

akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang mengikutinya, tidak

berkurang dari dosa mereka sedikitpun." (Muslim no. 2674)


8. Menjauhi perbuatan munkar

Di manapun seorang muslim berada, ia selalu punya energi untuk mencegah

dirinya dan orang di sekitarnya dari melakukan perbuatan munkar. Abu Sa'id

Al-Kudri mengabarkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa di antara

kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan

tangannya; jika tidak dapat, maka hendaknya ia mengubahnya dengan lidahnya;

jika tidak dapat dengan itu, maka dengan hatinya, dan ini adalah keimanan

yang paling rendah." (Muslim no. 49)

Rasulullah saw. sangat melarang seorang muslim menjadi orang yang permisif

dengan kemunkaran. 'Ars bin Umairah Al-Kindi r.a. menyampaikan bahwa

Rasulullah saw. bersabda, "Jika suatu kesalahan/dosa diperbuat di buka bumi,

maka orang yang menyaksikannya dan membencinya lalu mengingkarinya seperti

orang yang tidak ada di situ –tidak mengetahuinya– dan barangsiapa yang

tidak ada di sana –tidak mengetahuinya– tetapi meridhainya, ia seperti orang

yang menyaksikannya. " (Abu Dawud no. 4345 dan Shahihul Jami' no. 7020)


9. Sabar dan murah hati

Bergaul dengan sesama tentu membutuhkan kesiapan mental dan kestabilan

emosional. Sebab, manusia beragam sifatnya. Sifat sabar dan murah hati

adalah bekal yang harus disiapkan seorang muslim. Apalagi Allah swt. dalam

surat Ali Imran ayat 134 menjadikan dua sifat ini sebagai ciri ketakwaan.

"Bergegaslah menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang seluas langit dan bumi

disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang

mendermakan (hartanya) di waktu senang maupun ketika menderita, dan

orang-orang yang menahan marahnya serta yang memaafkan kesalahan orang lain.

Dan Allah itu suka kepada orang-orang yang (suka) berbuat baik."

Bahkan Rasulullah saw. menyebut orang yang mampu menahan marah, bersabar,

dan bermurah hati sebagai jagoan. Abu Hurairah merekam sabda Rasulullah saw.

ini, "Orang jagoan itu bukanlah ditentukan dengan (jagoan) gulat. Justru

orang jagoan itu ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah."

(Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609). Subhanallah! Jika setiap manusia

mampu mengamalkan sabda Rasulullah saw. ini tentu sengketa, perselisihan,

konflik, perseteruan, perang, dan pertumpahan darah akan menjadi hal yang

langka di muka bumi ini.


10. Pemaaf, toleran, dan tawadhu'

Bergaul dengan masyarakat tentu tak selamanya harmonis. Kadang ada geserkan

karena sesuatu hal. Dan menyimpan dendam adalah ciri pribadi yang tidak

sehat dalam bergaul dengan masyarakat. Allah swt. justru mengajarkan kepada

kita untuk menjadi orang yang pemaaf. Bahkan, membalas keburukan dengan

kebaikan. "Balaslah keburukan dengan cara yang baik." (Al-Mu'minun: 96)

Sebab, ketika kita memberi maaf, memberi toleransi, dan tawadhu, itu semua

tidak membuat kita hina. Justru terlihat mulia di sisi. Abu Hurairah r.a.

merekam bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tiada berkurang harta karena

sedekah, dan tiada Allah menambah seseorang karena (mau) memaafkan kecuali

kemuliaan, dan tidak ada seorang hamba pun yang tawadhu' (merendahkan diri)

karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya. " (Muslim no. 2588)

Dari 'Iyadh bin Khimar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya

Allah swt. telah mewahyukan kepadaku supaya kamu saling bertawadhu' sehingga

tidak ada seorang pun yang bertindak lalim atas yang lain dan tidak ada

seorang pun yang membanggakan diri atas yang lain." (Muslim no. 2865)

Bahkan, sifat merendah menjadi ciri ahli surga. Dan sebaliknya, kasar, tidak

sabaran, congkak, dan sombong adalah ciri ahli neraka. Diterima dari

Haritsah bin Wahab r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda,

"Senangkah kalian jika aku beritahukan tentang ahli surga? Ia (ahli surga

itu), setiap orang yang lemah dan memandang diri (sendiri) lemah, yang jika

bersumpah kepada Allah pasti dikabulkan. Dan, sukakah kalian aku beritahukan

tentang ahli neraka? Ia (ahli neraka itu) adalah setiap orang yang kasar,

tidak sabaran, dan congkak lagi sombong." (Bukhari no. 4918 dan Muslim no.

2853)


11. Sopan, santun, dan ramah

Suatu ketika pernah sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah saw. Mereka

berkata, "Al-saam 'alaika (semoga engkau dikenai racun)." Aisyah mendengar

dan mengerti maksud kata-kata itu lantas membalas, "'Alaikum al-saam wa

al-la'nah (semoga racun itu untukmu disertai kutukan)." Rasulullah saw.

berkata kepada Aisyah, "Jangan begitu Aisyah. Sesungguhnya Allah menyukai

sifat lemah lembut dalam segala urusan." Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah,

tidakkah engkau dengar apa yang mereka katakan?" Rasulullah saw. menjawab,

"Telah aku jawab, wa 'alaikum." (Bukhari no. 6024)

Di hadits yang sama, dalam riwayat Bukhari no. 6030 disebutkan Rasulullah

saw. berkata kepada Aisyah, "Hai Aisyah, engkau mesti lemah lembut (tidak

kasar), dan jauhilah olehmu sifat kasar/kejam dan keji/kotor." Sedangkan

dalam riwayat Muslim no. 2165, Rasulullah saw. berkata, "Hai Aisyah,

janganlah berlaku keji/kotor." Masih diriwayat Muslim yang lain, Rasulullah

saw. berkata, "Jangan begitu, hai Aisyah. Sebab, Allah tidak menyukai

perbuatan keji dan mengata-ngatai secara kotor."

Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita dalam berinteraksi dengan

orang lain. Bahkan, dengan orang yang jelas-jelas punya maksud buruk

terhadap diri kita. Sebab, sifat lemah lembut dan santun tidak boleh hilang

dari diri kita. Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak ada pada sesuatu kecuali

menghiasinya dan tidak tercabut dari sesuatu barang kecuali menjadi

kotor/jeleklah barang itu." (Muslim no. 2594)

Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah itu

Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberi (kepada seseorang)

karena kelembutan(nya) apa yang tidak diberikan-Nya (kepada seseorang)

karena kekejaman(nya) dan apa yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang

mempunyai sifat selain sifat kejam." (Muslim no. 2593)

Karena itu, Rasulullah saw. tidak ingin seorang muslim menjadi pengutuk. Abu

Hurairah r.a. menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Tidaklah pantas bagi shiddiq, mukmin yang bagus imannya, untuk menjadi

pengutuk." (Muslim 2597)

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mukmin itu

bukanlah pencemar nama baik orang, bukan pengutuk, dan bukan pelaku

perbuatan keji, serta bukan yang buruk tutur katanya." (Turmudzi no. 1977

dan Silsilah Shahihah no. 320)

Dari Abu Darda r.a. bahwa Rasululllah saw. bersabda, "Tidak ada sesuatu pun

yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari kiamat

daripada akhlak yang bagus (mulia). Dan sesungguhnya Allah itu membenci

orang yang suka melakukan perbuatan keji dan buruk tutur katanya." (Abu

Dawud no. 4799, Turmudzi no. 2002, Silsilah Shahihah no. 876, dan Shahihul

Jami no. 5597)

Karena itu, Rasulullah saw. melarang seorang muslim mencela muslim yang

lain. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mencela

muslim itu perbuatan durhaka (fusuuq) dan membunuh muslim adalah suatu

kekufuran." (Bukhari no. 48 dan 6044, Muslim no. 64 dan 116)


12. Bertutur kata yang baik

Dari diri kita yang paling harus dijaga dalam bergaul dengan masyarakat

adalah lidah kita. Tidak sedikit orang celaka karena tidak mampu mengontrol

perkataannya.

Mu'adz bin Jabal r.a. diajarkan langsung tentang hal itu oleh Rasulullah

saw. "Senangkah kamu jika aku beritahukan apa yang menguasai (mencukupi) itu

semua?" Mu'adz menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah saw." Rasulullah saw.

bersabda, "Tahanlah olehmu ini!" Rasulullah saw. menunjuk lidahnya. Mu'adz

berkata, "Wahai Nabiyullah, apakah kita akan dituntut dengan apa yang kita

ucapkan?" Rasulullah saw. menjawab, "Celakalah kamu, wahai Mu'adz, bukankah

manusia dapat tersungkur ke dalam neraka hanya karena kata-kata yang keluar

dari lidahnya?"

Karena itu, menjaga lidah bukan hanya selamat diri dari kemarahan orang yang

mendengar, tetapi juga selamat dari siksa neraka. Sahal bin Sa'ad Al-Sa'idi

r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang menjamin

(memelihara) untukku apa yang ada di antara kedua kakinya dan apa yang ada

di antara kedua janggutnya (lidahnya), aku menjamin baginya (masuk) surga."

(Bukhari no. 6474 dan 6807)

Uqbah bin 'Amir r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, di manakah tempat

keselamatan itu?" Rasulullah menjawab, "Tahanlah lidahmu, rumahmu meski

mencukupimu dan menangislah atas segala kesalahanmu. " (Turmudzi no. 2406 dan

Silsilah Shahihah no. 890)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang

beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang

baik atau diam." (Bukhari no. 5185 dan Muslim no. 47)


13. Berkhitmat kepada kaum muslimin

Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara."

(Al-Hujurat: 10). Karena dekatnya hubungan satu muslim dengan muslim yang

lain sebagai saudara, jika ada yang sakit maka semua merasa sakit.

Anas bin Malik r.a. berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Tidak

sempurna iman seseorang di antaramu kecuali jika ia mencintai saudaranya

sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya." (Bukhari no. 13 dan Muslim no.

45)

Dari Nu'man bin Basyir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan

orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling

membantu itu bagaikan satu jasad. Jika ada di antaranya yang merasa sakit,

maka semua unsur jasad ikut tidak tidur dan merasa demam." (Bukhari no. 6011

dan Muslim no. 2586)

Karena itu, tak heran jika Rasulullah saw. mengancam seorang muslim yang

tidak peduli dengan saudara muslimnya. Dari Hudzaifah Bin Yaman r.a.

berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang tidak ihtimam (peduli)

terhadap urusan umat Islam, maka bukan golongan mereka." (HR At-Tabrani)

Anas bin Malik pernah menemani Jarir bin Abdullah Al-Bajali dalam sebuah

perjalanan. Jarir berkhitmat kepada Anas, padahal usianya lebih tua daripada

Anas. Ini membuat anak tak enak. "Jangan engkau lakukan itu," Jarir

menjawab, "Aku telah melihat orang-orang Anshar memuliakan Rasulullah saw.

dan mereka melakukan sesuatu kepadanya, aku bertekad untuk tidak bertemu

dengan salah seorang di antara mereka (kaum Anshar) kecuali aku

memuliakannya dan berkhidmat kepadanya karena keutamaan/kemuliaan seperti

itu." (Bukhari no. 2888 dan Muslim no. 2513)

Sungguh mulia Jarir dan sungguh mulia kita jika bisa saling berkhitmat

dengan sesama.


14. Suka menolong

Allah swt. berfirman, "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan

ketakwaan; dan janganlah kamu saling menolong dalam perbuatan dosa dan

permusuhan." (Al-Ma'idah: 2)

Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tolonglah

saudaramu, baik ia sebagai penganiaya maupun sebagai yang teraniaya." Ada

yang berkata, "Wahai Rasulullah, aku dapat menolongnya jika teraniaya. Lalu,

bagaimana caranya menolong yang menganiaya?" Rasulullah saw. menjawab,

"Engkau harus menghalanginya dari perbuatan zalimnya. Itulah cara

meolongnya." (Bukhari no. 2443)

Dari Abu Darda r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang

membela harga diri (martabat) saudaranya, maka Allah akan menolak dari

wajahnya api neraka pada hari kiamat." (Turmudzi no. 1931 dan Ahmad no. 449)


15. Memiliki sifat sayang

Dari Jarir bin Abdullah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak

menyayangi orang yang tidak menyayangi orang lain." Dalam riwayat lain,

"Barangsiapa yang tidak sayang kepada manuasi, maka ia tidak disayangi

Allah." (Bukhari no. 6013 dan Muslim no. 2319)

Dari Abdullah bin 'Amr bin Ash r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Para

penyayang akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang ada di

muka bumi, kamu pasti disayangi yang di langit." (Abu Dawud no. 4941,

Turmudzi no. 1924, Silsilah Shahihah no. 925)

Dari Anas bin Malik r.a. dan Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw.

bersabda, "Bukanlah dari kelompok kami orang yang tidak sayang kepada yang

kecil dan tidak hormat pada yang lebih besar (tua)." (Turmudzi no. 1919)


16. Punya rasa malu dan mengendalikan pandangan

Malu adalah ciri khas seorang muslim. Karena itu Rasulullah saw. membela

seseorang yang punya rasa malu dari celaan orang lain. Dari Abdullah bin

Umar bahwa Rasulullah saw. pernah melewati seseorang yang mencela saudaranya

karena rasa malunya dengan mengatakan, "Kamu ini terlalu pemalu," sehingga

dikatakan, "Sungguh kamu celaka." Maka Rasulullah saw. pun bersabda,

"Biarkanlah ia, sebab malu itu bagian dari iman." (Bukhari no. 24 dan Muslim

no. 36)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Iman itu enam

puluh sekian cabang, dan malu sebagai satu cabang dari keimanan itu."

(Bukhari no. 9 dan Muslim no. 350)

Sedangkan tentang mengendalikan pandangan, Allah swt. berfirman, "Katakanlah

kepada kaum mukminin: hendahnya mereka mengendalikan pandangannya dan

memelihara kemaluannya. Itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada kaum mukminat,

hendaknya mereka mengendalikan pandangannya dan memelihara kemaluannya. "

(An-Nur: 31)


17. Tidak suka menjilat

Seorang muslim hendaknya menjauhi kebiasaan menjilat dan memuji secara

berlebihan. Sebab, hal itu dilarang oleh Rasulullah saw. Dari Abu Musa

Al'Asy'ari r.a. bahwa Rasulullah saw. penah mendengar seseorang menyanjung

seseorang seya memujinya secara berlebihan, lalu beliau bersabda, "Kamu yang

memutuskan punggungnya. " (Bukhari no. 2663 dan Muslim no. 3001)

Bahkan kita diajarkan Rasulullah saw. untuk menaburkan tanah ke wajah orang

yang berusaha menjilat. Pernah seseorang memuji-muji Usman. Miqdad kemdian

maju dan berlutut pada kedua lutut orang itu, lalu menumpahkan kerikil ke

wajahnya. Usman berkata, "Apa yang kamu lakukan itu?" Miqdad menjawab,

"Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Jika kamu melihat

orang-orang yang suka memuji-muji (menjilat), maka tumpahkanlah tanah pada

wajahnnya." (Muslim no.3002)


18. Jangan jadi beban masyarakat

'Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, kami sembilan atau delapan atau bertujuh

orang pernah berada di sisi Rasulullah saw. Beliau bersabda, "Mengapakah

kalian tidak berbai'at kepada Rasulullah?" Sebetulnya kami baru (beberapa

hari) saja melakukan bai'at. Beliau bersabda lagi, "Mengapa kalian tidak

membai'at Rasulullah?" Kami membentangkan tangan-tangan kami dan berkata,

"Kami telah berbai'at kepada engkau, wahai Rasulullah, lalu atas dasar apa

lagi kami mesti membai'atmu? " Rasulullah saw. bersabda, "Kamu mesti

berbai'at supaya tidak menyembah selain Allah dan tidak menyekutukan- Nya

dengan sesuatu pun, melakukan shalat lima waktu, dan untuk mau mendengar dan

mentaati." Lalu beliau bersabda, "Janganlah kamu meminta sedikitpun kepada

manusia." Maka aku betul-betul melihat sebagian di antara mereka -sembilan

atau delapan atau tujuh orang yang berbai'at itu-ketika terjatuh cemeti

salah seorang di antara mereka, ternyata ia tidak meminta kepada seseorang

pun untuk mengembalikan untuknya." (Muslim no. 1043)

Begitulah ajaran Rasulullah saw. agar kita bersikap ghina 'anin-naas (merasa

cukup dari manusia) dan hanya meminta kepada Allah swt.


19. Sabar menghadapi kesulitan hidup

Adalah tabiat hidup di dunia penuh dengan kesulitan hidup: ada kesedihan,

ada penyakit, dan ada penderitaan. Kesemuanya itu membutuhkan kesabaran.

Sebab, segala kesulitan hidup memang diciptakan Allah swt. untuk

mengingatkan akan fananya dunia ini dan menumbuhkan rasa rindu dalam hati

seorang mukmin akan kampung akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. dan Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.

bersabda, "Tiada menimpa kepada mukmin, baik berupa penyakit atau kelelahan,

atau berupa penyakit atau kesedihan bahkan kegundahan yang memusingkannya

kecuali Allah akan menghapuskan dengan itu segala dosanya." (Bukhari no.

5641 dan Muslim no. 2573)

Dari Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sungguh ajaib urusan

orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak

ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan

itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah/bencana, ia

bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (Muslim no. 2999)


20. Punya ukuran tentang baik dan buruk

Begitu banyak peristiwa dan masalah yang timbul akibat interaksi kita dengan

masyarakat. Dan bisa jadi semua itu tidak membuat nyaman hati kita. Apalagi

bila menyangkut halal-haram, baik-buruk, boleh-tidak boleh, patut-tidak

patut. Karena itu, kita harus punya ukuran yang menjadi standar dalam

memilah semua peristiwa dan masalah yang ditimbulkan akibat interaksi kita

dengan orang lain. Ukuran itu adalah syari'at.

Nu'man bin Basyir r.a. berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw.

bersabda, "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di

antara yang halan dan haram itu ada hal-hal yang musytabihat yang tidak

diketahui oleh kebanyakan orang. Tetapi, barangsiapa yang menjauhi yang

musytabihat, ia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa

yang terjerumus ke dalam musytabihat, pasti terjerumus ke dalam yang haram.

Hal itu bagaikan penggembala yang menggembala di sekitar kebun dikhawatirkan

gembalaannya itu masuk ke dalamnya. Ingatlah, sesungguhnya bagi setiap raja

itu ada kebun larangannya, dan sesungguhnya kebun larangan Allah itu segala

yang diharamkan-Nya. " (Bukhari no. 52 dan Muslim 1599)

Nawas bin Sam'an r.a. berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.

tentang kebaikan dan dosa. Rasulullah saw. menjawab, "Al-Birr (kebaikan) itu

adalah akhlak yang mulia; sedangkan dosa ialah apa yang berdetik -disertai

dengan keraguan-dalam dadamu dan engkau tidak suka jika orang lain

mengetahuinya. (Muslim no. 2553)

Begitulah 20 rambu bagi kita dalam hidup bermasyarakat. Jika kita amalkan,

kita akan menjadi orang yang diharapkan kehadirannya di tengah masyarakat.

Ketika kita pergi, orang-orang di sekitar kita menangisi kepergian kita.

http://www.dakwatuna.com/2008/20-rambu-dalam-hidup-bermasyarakat/


0 comments:

WHO'S ONLINE

counter

Followers

LINK_LINK

Free Auto Backlink - Gratis Backlink Otomatis